Oleh: Siti Khusnul Qurniawati, MA.
Prinsip berikutnya adalah prinsip "membangun komunikasi yang baik"
Salah satu hal yang dianggap penting
dalam konteks interaksi sosial adalah pengembangan komunikasi yang baik. sebab,
dari cara berkomunikasi itulah akan dapat dilihat apakah ia menghargai atau
melecehkan. Sebagaimana dalam ungkapan Arab: “Ucapan atau perkataan
menggambarkan si
pembicara”
Dengan komunikasi kita dapat membentuk
rasa saling pengertian dan menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang,
menyebarkan pengetahuan dan melestarikan peradaban.
Memang harus diakui bahwa berkomunikasi
yang baik bukanlah suatu hal yang mudah dan sederhana seperti yang kita
bayangkan. Anggapan ini barangkali didasarkan atas sebuah asumsi bahwa
komunikasi merupakan suatu hal yanh lumrah dan alamiah yang tidak perlu dipermasalahkan.
Sedemikian lumrahnya, sehingga seseorang cenderung tidak terlihat
kompleksitasnya atau tidak menyadari bahwa dirinya sebenarnya berkekurangan
atau tidak berkompeten dalam kegiatan pribadi yang paling pokok ini. Dengan
demikian, berkomunikasi secara efektif sebenarnya merupakan suatu perbuatan
yang paling sukar dan kompleks yang pernah dilakukan seseorang.
Untuk itu, demi terciptanya
suasana kehidupan yang harmonis antar anggota masyarakat, maka harus
dikembangkan bentuk-bentuk komunikasi yang baik, yaitu sebuah bentuk komunikasi
di mana sang komunikator akan menghargai, berempati dan dapat memahami
komunikan.
Dalam hal ini, Al-Qur’an telah
menanamkan prinsip-prinsip komunikasi yang baik tersebut antara lain:
1.
Prinsip
Qaul Karîm
Term
qaul karîm hanya ditemukan sekali di dalam Al-Qur’an: “dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia” (al-Isra’/17: 23).
Term karîm ini
mencakup perilaku dan ucapan. Namun jika dikaitkan dengan ucapan atau
perkataan, maka kata karîm berarti
suatu perkataan yang menjadikan pihak lain tetap dalam kemuliaan, atau
perkataan yang membawa manfaat bagi pihak lain tanpa bermaksud merendahkan.
Wahbah Zuhailiy
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan qaul karîm adalah jamîl layyin
yaitu perkataan yang baik dan juga lembut. Lebih
jelas lagi beliau mengemukakan bahwa qaul karîm adalah perkataan yang
lemah lembut, baik, indah dan didasari dengan suatu penghormatan, kesopanan dan
juga etika yang baik. Itu karena Allah Swt melarang untuk menyakiti baik dalam
bentuk perkataan atau perbuatan dan memerintahkan untuk berkata yang baik
kepada sesama.
Dalam hal ini
Sayyid Quthub juga menggambarkan bahwa perkataan yang karîm pada
hakikatnya adalah tingkatan yang tertinggi yang harus dilakukan oleh seseorang,
seperti yang tergambar dalam bentuk hubungan anak dengan orang tuanya. Sementara
karim yang terkait dengan sikap berarti bahwa sikap dan perilaku tersebut
mengandung unsur pemuliaan dan penghormatan.
2.
Prinsip
Qaul Ma’rûf
Dalam Al-Qur’an kata ma’rûf
disebutkan sebanyak tiga puluh delapan kali, dan dalam berbagai macam konteks,
yang seluruhnya berarti kebaikan yang sudah dikenal baik oleh mereka yang
tinggal di tersebut. Menurut al-Ishfahani, term ma’rûf menyangkut segala
bentuk perbuatan yang dinilai baik oleh akal dan syara’. Dari sinilah kemudian
muncul pengertian bahwa ma’rûf adalah kebaikan yang bersifat lokal.
Sebab jika akal dijadikan sebagai salah satu dasar pertimbangan dari setiap
kebaikan yang muncul, maka pasti tidak akan sama dari masing-masing daerah dan
lokasi.
Qaul
ma’rûf juga dapat diartikan sebagai
suatu perkataan yang baik yang mana perkataan tersebut tidak berpihak pada satu
individu dan perkataan itu juga tidak mengandung kecurigaan kepada siapa pun.
Allah Swt berfirman: “dan janganlah kamu
serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada
dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja
dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang
baik.” (an-Nisa’/4:
5)
Wahbah Zuhailiy
menafsirkan bahwa kata qaul ma’rûf adalah suatu perkataan yang baik,
yang mana dengan kata-kata yang baik itu juga dapat memperbaiki dirinya. Qaul
ma’rûf juga terdapat pada sebuah janji. Bila
seseorang telah merealisasikan qaul ma’rûf, maka dalam mengungkapkan
sebuah janji, dia akan berjanji dengan hal-hal yang baik. termasuk qaul ma’rûf
juga adalah saling memberi nasihat dan membuang perkataan yang berlebihan dan
tidak berguna. Makna lain dari qaul ma’rûf adalah setiap perkataan yang
dapat membuat jiwa seseorang menjadi tenang dan tenteram karena perkataannya
mengandung kebaikan.
Sedangkan
menurut ar-Râziy qaul ma’rûf adalah perkataan yang baik, yang tumbuh di
dalam jiwa, sehingga jika seseorang memiliki perkataan yang ma’rûf, maka
pihak yang diajak berbicara tidak merasa dianggap bodoh. Qaul ma’rûf
juga dapat diartikan sebagai perkataan yang tidak menyakitkan dan sudah dikenal
sebagai perkataan yang baik.
3.
Prinsip
Qaul Maisûr
Maisur
yaitu mudah dipahami. Term ini hanya ditemukan sekali dalam Al-Qur’an yaitu
pada surat al-Isra’ (17) ayat 28: “dan jika kamu berpaling dari mereka untuk
memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka
ucapan yang pantas” (al-Isra’/17:
28)
Ayat ini turun
berkenaan dengan sikap berpalingnya Rasulullah Saw dari memberikan sesuatu
kepada seseorang yang suka membelanjakan hartanya kepada hal-hal yang tidak bermanfaat.
Dengan begitu beliau tidak mendukung kebiasaan-kebiasaan buruknya dalam
menghambur-hamburkan harta. Namun begitu, harus tetap berkata kepada seseorang tersebut
dengan perkataan yang baik dan menyenangkan.
Ayat di atas juga
mengajarkan kepada kita bila kita tidak dapat member atau mengabulkan
permintaan seseorang dikarenakan tidak adanya sesuatu yang dia inginkan, maka
harus disertai dengan perkataan yang baik dan alasan-alasan yang rasional. Pada
prinsipnya, qaul maisur adalah perkataan yang mudah dipahami, baik, lembut,
melegakan, menjawab dengan cara yang sangat baik dan tidak mengada-ada.
4.
Prinsip
Qaul Layyin
Term ini ditemukan
sekali dalam Al-Qur’an, yaitu di surat Thaha (20) ayat 44: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (Thaha/20: 44).
Dalam tafsir al-Munîr
dijelaskan bahwa qaul layyin adalah perkataan yang lembut, halus dan
tidak mengandung kekerasan serta tidak ada unsur ejekan. Setiap hendak
mengungkapkan kata-kata, orang tersebut akan berfikir bagaimana supaya
perkataannya bisa sampai kepada pendengar dengan cara yang baik. dia pun takut
kepada siksa Allah Swt jika lisannya sampai berbicara yang tidak baik.
Asal makna layyin
adalah lembut atau gemulai, yang pada mulanya digunakan untuk menunjukkan gerakan
tubuh. Kemudian kata ini dipinjam (isti’arah) untuk menunjukkan perkataan yang lembut.
Sementara yang dimaksud
dengan qaul layyin adalah perkataan yang mengandung anjuran, ajakan, dan
pemberian contoh, di mana si pembicara berusaha meyakinkan kepada pihak lain
bahwa apa yang disampaikan adalah benar dan rasional, dengan tidak bermaksud
merendahkan pendapat atau pandangan orang yang diajak bicara tersebut. Dengan
demikian, qaul layyin dapat dikatakan sebagai salah satu metode dakwah,
karena tujuan utama dakwah adalah mengajak orang lain kepada kebenaran, bukan
untuk memaksa untuk unjuk kekuatan.
Hanya saja,
yang harus dipahami dari term layyin dalam konteks perkataan adalah bahwa
perkataan tersebut bukan berarti kehilangan ketegasan; akan tetapi, perkataan
yang disampaikan dengan penuh keyakinan yang akan menggetarkan jiwa orang-orang
yang sombong.
Selain empat
poin di atas, masih ada lagi kata qaul dalam Al-Qur’an, di antaranya: qaul
sadîd (perkataan yang bijaksana) dan qaul balîgh (perkataan yang
menimbulkan dampak positif), yang mana seluruhnya adalah merupakan cara-cara
yang baik dalam berinteraksi, baik terhadap umat muslim maupun non muslim.
Meskipun qaul
berarti perkataan atau ucapan, namun para mufassir termasuk Wahbah Zuhailiy
menafsirkan kata qaul tidak hanya berarti suatu ucapan saja, namun
juga perbuatan dan tindakan, yang dengan baik, lembut, mulia dan tegasnya
perkataan atau ucapan seseorang akan melahirkan amal perbuatan yang baik pula.
Termasuk komunikasi
yang baik pula adalah, ketika hendak melakukan perdebatan dengan non muslim,
maka akan berdebat dengan cara yang baik. Kalaupun hendak berdebat mengenai
hal-hal yang menyangkut masalah akidah dan keyakinan mereka maka akan dilakukan
dengan cara yang halus disertai dengan tutur kata yang baik dan sopan pula. Allah Swt berfirman: “dan janganlah kamu
berdebat dengan ahli
kitab, melainkan dengan
cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: “Kami telah
beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan
kepadamu; Tuhan Kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepadaNya berserah
diri.” (al-‘Ankabût/29: 46)
Berdebat dengan
cara yang baik seperti yang ada dalam ayat di atas di antaranya dengan merubah
sikap saat berdebat, misalnya merubah sikap kasar menjadi lembut, sikap marah
dirubah dengan menahan amarah, hal-hal yang tidak berguna menjadi sesuatu yang
mengandung nasihat serta berhati-hati dan waspada ketika memberikan dalil-dalil
dari ayt Allah SWT.
Wallahu a'lam
Winstar World Casino - Hollywood, FL - JTR Hub
BalasHapusWinStar World Casino 이천 출장안마 - Hollywood, 안성 출장마사지 FL. 거제 출장샵 9285360. 1. The Spa at WinStar World Casino at 계룡 출장안마 WinStar World Casino. 9285360. View Details. Hours: 11:30 am 영천 출장안마 - 4:00 pm.